Assalammu'alaykum WR WB

Selamat Datang, Saudaraku...

Kamis, 08 Januari 2009

Ramadhan dan sholeh society

Keadaan mahasiswa sebenarnya adalah representasi dari keadaan masyarakat. Setidaknya bahwa mahasiswalah yang merupakan agen penggerak atau perintis dari perubahan di dalam masyarakat. Jika mahasiswa stagnan maka perubahan masyarakat juga akan berjalan lambat. Inilah yang harus disayangkan bahwa ternyata dalam mengisi bulan Ramadhan , yang sebenarnya adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh agen perubah ini.
Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk melakukan perubahan. Permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini adalah akibat dari lemahnya ketaqwaan pada diri masyarakat. Sedangkan dalam bulan Ramadhan ini, tujuan dari ibadah puasa adalah agar kalian bertaqwa. Dimana-mana para kyai berulang kali menyampaikan hal ini, harapannya adalah agar dengan bulan Romadhon ini terbentuk ketaqwaan yang makin meningkat pada diri kita. Dan ini adalah stimulan awal untuk memicu terjadinya perubahan dalam diri masyarakat.
Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan keislaman di kampus dalam menyambut bulan suci Ramandhan ternyata masih didominasi oleh aktifitas-aktifitas yang kurang mengarah pada perubahan masyarakat. Terlihat dari orientasi aktifitas yang hanya berupa ibadah yang bersifat ritual, spiritual, dan individual. Dikatakan bersifat ritual karena prakteknya hanya sebatas memperbanyak sholat sunnah, wirid dan membaca Al-Quran, sedangkan praktek ibadah secara umum dalam bermuamalat (pergaulan, ekonomi, politik dan lain-lain)sama sekali diabaikan.
Dikatakan bersifat ritual karena hanya berfokus pada aspek batiniah saja tanpa dikaitkan dengan perbuatan. Di satu sisi sibuk membaca Al-Quran tetapi di sisi lain juga sibuk mengingkari Al-Quran dengan melakukan aktifitas riba dan pergaulan bebas. Dikatakan bersifat individu karena masih disibukkan dengan upaya pembentukan individu yang baik dan berakhlak mulia tapi bagaimana penjagaan agar kebaikan itu tetap ada tidak dilakukan. Yang dilakukan hanya membentuk kesalehan individu, tanpa ada keinginan untuk membentuk keshalehan sosial. Padahal salah satu hal yang pengaruhnya sangat besar pada penjagaan keshalehan pada diri seseorang adalah adanya masyarakat sholeh yang ada di sekitar individu tersebut yang selalu melakukan kontrol pada anggotanya, disamping itu ketaqwaan pada diri individu itu sendiri mutlak diperlukan. Tapi kini seorang individu yang sholeh tidak akan dapat mempertahankan kesholehannya Karena memang masyarakat di sekitarnya tidak sholeh. Sehingga wajar jika suasana kesholehan hanya kondusif pada bulan Ramadhan saja, sedang pada bulan yang lain semuanya jauh dari kesholehan.
Terbentuknya masyarakat yang sholeh tidak hanya bersumber dari adanya keshalehan individu-individu di dalamnya. Karena masyarakat tidak hanya terdiri dari individu-individu saja. Ada hal-hal lain yang membuat kita mengatakan bahwa sebuah kapal yang terdapat banyak orang shaleh di dalamnya, yang sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat sebagai suatu masyarakat Islam. Atau kita bisa mengatakan bahwa masyarakat Amerika berbeda dengan masyarakat Timur Tengah, misalnya. Perbedaan ini tidak hanya didasarkan pada perbedaan dari aspek manusia-nya, bahwa masyarakat Amerika terdiri dari orang-orang ras Kaukasoid, sedangkan orang Timur Tengah terdiri dari orang-orang ras Semitid. Perbedaan lebih mendasar lagi adalah apa yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Yaitu pola pikir yang berbeda, kecenderungan membenci dan suka yang berbeda, dan hukum pengatur interaksi di antara mereka yang juga berbeda. Yang semuanya itu adalah akibat dari adanya perbedaan sudut pandang atau standart dalam menyikapi suatu hal.
Dari sini, maka untuk menciptakan suatu masyarakat tertentu dengan karakteristik tertentu yang khas, dalam hal ini masyarakat yang sholeh. Maka, tidak cukup hanya dengan menjadikan individu- individunya sholeh saja. Karena individu hanyalah salah satu unsure saja dalam membentuk masyarakat. Dan selama ini aktifitas membentuk masyarakat yang sholeh hanya berorientasi pada point ini saja. Sedangkan bagaimana membentuk pola pikir sholeh, kecenderungan benci dan suka yang berstandart pada iman serta hukum yang sholeh adalah objek yang sedikit sekali disentuh.
Dengan demikian, sudah selayaknya bagi para mahasiswa mulai mempertimbangkan kegiatan-kegiatan untuk mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan yang dapat memunculkan ini semua. Karena yang kita harapkan tidak lain adalah membentuk sebuah masyarakat yang bangkit. Dengan pola pikir, kecenderungan, dan hukum yang khas. Tanpa sikap plin-plan.
Bulan Ramadhan adalah saat dimana kondisi pikiran dan hati masyarakat dalam keadaan yang jernih. Masyarakat sudah mulai bisa berfikir untuk merasa jenuh dengan berbagai ketimpangan yang ada di sekitar mereka. Dan inilah saatnya untuk melakukan perubahan membentuk sholeh Sosirty.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar